Pelajaran dan Tugas Sekolah

Heart Scream's : Ketika Aku Bersalah

melakukan sesuatu yang konyol dan ternyata itu menjadi sebuah kekhilafan faktual (real) yang fatal dan merugikan perorangan atau orang banyak, atas dasar logika saya akan ‘Malu’. Malu bukan karena kekonyolannya yang orang-orang berpikir itu sebuah kesalahan, tapi malu saya sudah merugikan orang lain dan membuat orang yang bersangkutan terlibat masalah. Tidak karena perasaan, tapi kesadaran saya sebagai ‘Lelaki’, dan sesegeranya saya akan meminta maaf. Maaf dalam artian saya akan bersungguh-sungguh tidak akan mengulanginya lagi, jika perlu saya akan menghindarinya atau menjauhi dan menghilang.

Kekhilafan memang manusiawi, sekalipun tindakan itu dilakukan karena spontanitas dan bukan perencanaan yang sadar, tetap saja salah. Jika harus ada hukuman yang saya lalui, maka akan saya lalui untuk menebus kesalahan tersebut. Bukan untuk menakuti atau balas dendam, tapi hukuman diciptakan untuk paham jika kita salah dan jera untuk melakukannya lagi. Miris, ketika ada beberapa orang mengerti itu akan membuatnya bermasalah namun tetap mendekatinya. Lebih miris, ketika sadarnya setelah tercebur dalam masalah tersebut. Menangis-nangis, merengek-rengek, bahkan ekstrimnya berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Dangkal.

Meskipun tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan, mati bukanlah opsi penyelesaiannya. Dengan begitu hanya akan meninggalkan masalah, bukan menyelesaikannya. Meskipun dulu saya pernah menuliskan “jika kehidupan kedua lebih baik, maka mati adalah opsi terbaik ketika buntu...” tapi dari kebuntuan itu mengajarkan kita untuk membuat jalan yang baru. Tidak hanya berhenti disana.

“Seekor keledai tidak akan jatuh di lubang yang sama untuk kedua kalinya.”

Jika binatang bisa seperti itu, kenapa manusia yang berakal masih saja bisa terjatuh di kesalahan yang sama? Mungkin belum dua kali jika belum sadar dengan hal ini. Sedih. Kesal. Marah. Kecewa. Tidak mengerti apa kata yang tepatnya. Mungkin terlalu pintar akademik membuat kecerdasan ilmu kehidupan menjadi dangkal. Semoga saja ini statment yang salah, atau temporer, atau subyektif literatur.

“karena aku peduli aku perhatikan, karena aku sayang aku ingatkan, dan karena aku cinta aku doakan.”

Ketika aku bersalah, mungkin aku tidak malu untuk meminta maaf. Tapi aku akan malu untuk meminta maaf kedua kalinya untuk melakukan kesalahan, entah kepada orang yang sama atau kesalahan yang sama, sebagai seorang ‘Pria’. Kadang aku tidak akan sungkan untuk lebih memilih menghilang, mecegah bukankah lebih baik dari pada harus kembali mengobati?

Ketika aku bersalah, sadar atau tidak aku dengan kesalahan itu aku akan mengakui kesalahan itu jika menurut norma atau tidak memang salah dan meminta maaf sesegeranya. Jika menjadi sebuah masalah, dengan gentle aku akan menyelesaikannya, sekalipun sebuah kehidupan adalah taruhannya.

Namun akan lain cerita jika melakukan kesalahanya dengan ada campur aduk perasaan. Mungkin akan tetap bermain api meskipun tau itu bisa membakar pemegang apinya. Yaa, faktualnya jika menyelesaikan pakai perasaan maka tidak akan ada habisnya. Perlu pakai logika! Mungkin efisiennya 60% logika (akal) 40% perasaan (hati).

“Bicara soal teori emang gampang, tapi pelaksanaannya yang susah. Tapi ada hal yang lebih gampang, mengulang kata-kata yang tadi dan tidak melakukan apa-apa”


BACA SELENGKAPNYA...


Mirip dengan Heart Scream's : Ketika Aku Bersalah :


0 Komentar untuk "Heart Scream's : Ketika Aku Bersalah"
Back To Top