Pelajaran dan Tugas Sekolah

Sejarah Sulawesi

Satu satunya sumber sejarah Bugis klasik yang dikatakan terpanjang di dunia ialah sebuah naskah buku bertulis tulisan Lontara (Brahmi) berjudul “I La Galigo” yang sekarang tersimpan rapi di beberapa perpustakaan Eropa termasuk Perpustakaan Leiden di Belanda.
Naskah La Galigo yang panjang itu sebagian gagal diselamatkan yang selamat hanya 600 halaman saja. Sebagian telah rusak oleh serangga atau membusuk ketika dalam penyimpanan selama beberapa ratus tahun.
Walau pun La Galigo tidak dapat diakui sebagai “Sumber sejarah Bugis” sepenuhnya oleh ahli sejarah karena isinya yang lebih kepada mitos dan mistis namun setidaknya telah berhasil menjelaskan bentuk masyarakat Bugis sebelum abad ke-14.
Mengungkap sejarah Bugis menurut konteks dan interpretasi kami Bugis terbagi dua secara geografis yaitu Bugis Gunung dan Bugis Laut. Penempatan Bugis pertama adalah di daerah teluk yang dikenal sebagai LUWU ‘ hari ini.
Menurut beberapa catatan sejarah Bangsa Bugis terawal Luwu ‘atau  Luwuk ini berasal dari Sumatera yaitu dari satu suku kuno yang dikenal sebagai Bangsa Nias. Ini karena Suku Nias yang dikatakan kehidupannya lebih kepada gaya hidup Orang Laut.
Kalau hal tersebut benar maka sudah tentu ada bangsa Gunung yang menjadi penguasa mereka karena Orang Laut tidak akan bermigrasi atau tinggal di satu kawasan laut tanpa penguasa sebagai peraih dan pembeli kepada hasil laut mereka.
Sejarah SulawesiHal ini perlu dipahami sebagai ikatan Laut dan Darat, maritim dan agraria untuk menciptakan keseimbangan sehingga terbentuknya pemerintah awal. Maka tidak heran mengapa terdapatnya bangsa Toraja yang hidup di pegunungan Luwu ‘sedangkan terdapatnya penempatan Orang Laut di Wajo’ di mana tempat berkumpulnya masyarakat Bajau (Bajo ‘).
Masyarakat Toraja memiliki adat budaya persis Masyarakat Batak di Sumatera. Bentuk rumah adat, persenjataan dan peralatan pertanian tidak ubah seperti apa yang dimiliki oleh Batak di Sumatera. Maka pernyataan beberapa deskripsi sejarah tentang Bugis berasal dari Sumatera kemungkinan adalah benar.
Kalau pun Bugis adalah asal-usul Orang Nias dan Batak di Sumatera maka itu pun lebih mendekati kebenaran. Hal ini akan dibuktikan secara lanjut.
Menurut peneliti sejarah Bugis hanya datang ke Pulau Nias sekitar abad ke-18. Menurut Hämmerle (2004), sekitar 250 tahun yang lalu orang Bugis berlabuh di pulau Simeulue, Nias, dan kepulauan Batu. Di mana mereka mendapatkan pulau kosong, di situ mereka memberi nama pulau bersangkutan. Keterangan ini selaras dengan isi legenda asal-mula pulau-pulau Batu. Selain itu, keterangan ini menunjukkan kedatangan orang Bugis di kepulauan Batu pada abad 18 (sekitar tahun 1750), suatu rentang waktu yang relatif jauh dibanding abad 12 sebagaimana perkiraan Mufti.

ASAL NAMA BUGIS

Menurut tradisi lisan dan beberapa keterangan yang kita dapat dapat dari sumber internet nama BUGIS dikatakan berasal dari seseorang yang bernama “Ugi”, sedangkan dari sumber lain menyatakan bahwa Bugis diambil dari kata “Buki” atau “bukit” karena kehidupan masyarakat RAJA yang tinggal di pegunungan seperti TORAJA sangat identik dengan bukit.
Apa yang menjadi keheranan mengapa huruf “S” disebut sehingga menjadi Bukis atau Bugis? Satu kemungkinan kata asal BUGIS muncul dari kata asing yang akhirnya menjadi “merek” Bugis seperti hari ini.
Menurut seorang peneliti sejarah Sabah (North Borneo) bernama Abdul Samad Al-Suguti yang juga mahir dengan sejarah Bugis, beliau telah menyatakan bahwa nama UGIS diambil dari panggilan “Orang Portugis” yang pertama kali datang ke Asia Tenggara melalui Gujarat di India sekitar abad ke- 11 sampai abad ke-13.
Karena sebagian Orang Portugis ini lari dari tanah asal mereka Portugal karena Perang Salib menuju ke India. Mereka adalah Portugis beragama Islam yang kalah kepada Portugis dan Spanyol Kristen menurut kapal-kapal dagang Arab.
Dari India mereka menuju ke kepulauan rempah sehingga tiba di Makassar dan Luwu’. Kalau ini benar maka kemungkinan besar disinilah pemerintah yang dinamakan oleh Prester John seperti yang dinyatakan oleh Padri-padri Jesuit kepada Raja Kristen Portugal sehingga mendorong Portugal menjalankan ekspedisi mereka yang pertama ke Asia Tenggara.
Bangsa Eropa yang pertama mencatat sejarah dan peta Sulawesi adalah bangsa Portugis.
Peta Sulawesi yang dilukis Portugis pertama kali pada tahun 1534 tidak menyentuh tentang Goa, dan hanya memeta ‘Siom “(Siang),’ Tello ‘(Tallo’) dan ‘Agacim’ (Garassi ‘). Berdasarkan penulisan Antonio de Paiva, Goa, (di mana didalam penulisannya mengacu pada Kota Besar) yang kemudian muncul di peta Portugis .
Menurut Abdul Samad Al-Suguti lagi pelayaran Portugis ke Nusantara telah ditemani oleh pemandu pelayaran yang handal bernama Hendry The Black yang ketika itu menetap di Spanyol.
Hendry The Black adalah berbangsa Sulug yang pernah menjadi pemandu arah ke Ferdinand Magellan dan telah berhasil membelokkan Magellan dari singgah ke Pulau Jolo, Sulu. Tapi pelayaran Portugis sebelumnya seperti Barbossa pernah singgah di Pulau Jolo Sulu antara 1512-1520an.
Kemungkinan besar disinilah mulai bangsa Portugis digelar oleh Sulug sebagai “Tau Ugis”. Ugis dalam bahasa Sulug berarti “Kulit Putih” (seperti Albino juga disebut Ugis).

HUBUNGAN BONE & BELANDA MENGUATKAN NAMA BUGIS

Antara Portugis, Spanyol dan Belanda sebenarnya menutur satu bahasa yang disebut bahasa Latin.
Antara mereka masih berhubungan dan satu rumpun. Bukan sekadar berbagi bahasa malah berbagi rupa paras yang setengahnya berkulit putih dan berambut pirang. Secara harfiah mereka digelar oleh Sulug sebagai Ugis yang berarti orang berkulit putih.
Dalam sejarah Bugis, pemerintah yang sangat kuat bersekutu dengan orang kulit putih Belanda adalah pemerintah Bone yang dipimpin oleh Arung Palakka.
Hubungan yang jelas muncul setelah abad ke 15. Pada tahun 1667, Belanda memaksa pemerintah Goa untuk mengaku kalah dengan menandatangani Perjanjian Bungaya. Dalam perjuangan ini, Goa dibantu oleh Arung Matoa dari Wajo ‘. Pada tahun berikutnya, kubu Tosora dimusnahkan oleh Belanda dan sekutunya La Tenritta ‘Arung Palakka dari Bone.
Hubungan Bone-Belanda atau Bone-Ugis kemungkinan besar telah menghasilkan nama baru yaitu Bu-Gis maka tidak heran mengapa nama Bugis sangat sinonim dengan Bone hari ini. Bahasa Bugis standar di Sulawesi adalah yang mereka namakan sebagai bahasa Bone. Bahasa Bone dan Luwu ‘masih saling memahami berbeda dengan bahasa Makassar.
Perbedaan bahasa Makassar hanyalah pada Slanga dan perubahan pada kata namun cara pengucapannya masih dalam sebutan Bugis. Kemungkinan terjadinya perubahan ke bahasa Makassar adalah karena kontak dengan pihak luar sangat signifikan dibandingkan Luwuk dan Bone.
Sebagai bukti dalam struktur bahasa Bugis secara keseluruhan pun kita temukan ada unsur-unsur bahasa Latin seperti penggunaan “La” (La Galigo, La Tenritta, La Ma’dukelleng) ditambah dengan bangunan kapal Pinisi Bugis yang mirip dengan kapal Portugis atau Arab.

BACA SELENGKAPNYA...


Mirip dengan Sejarah Sulawesi :


0 Komentar untuk "Sejarah Sulawesi"
Back To Top